Pada hari kamis tanggal 21 februari 2013 telah berlangsung praktek
wawancara dengan narasumber. Narasumber untuk sesi yang pertama ini adalah guru
Bimbingan Konseling (BK) dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) Notre Dame, Puri
Indah-Jakarta Barat. Proses wawancara berlangsung yang dihadiri oleh beberapa
anggota kelompok yakni diantaranya adalah Rika, Anjani, Clara, Jeanne, Indri
dan Novel. Untuk lebih jelasnya bisa melihat gambar dan foto dibawah ini.
Figur 1. Novel, Clara, Jeanne, Pak didik, Indri dan Anjani.
Figur 2.
Novel, Clara, Jeanne, Pak didik, Indri, Anjani dan Rika.
Proses wawancara berlangsung sekitar 45 menit lamanya dalam sesi Tanya jawab
anggota kelompok dengan narasumber. Pertanyaan berkisar mengenai kapan
narasumber menggunakan teknik wawancara saat menjadi guru bimbingan konseling
dengan anak murid. Banyak hal yang didapat saat melakukan wawancara dengan guru
BK, yaitu mengetahui tugas dan pekerjaan dari guru BK di sekolah, kendala yang
dihadapi saat bekerja (khususnya saat wawancara dengan siswa), cara mengatasi
kendala tersebut, dan sebagainya.
Figur 3. Anggota kelompok dan Pak Didik.
Mahasiswanya seringnya dan terkadang
cuman jago saat berteori tanpa pernah adanya pengalaman langsung ke area yang
dimaksud. Teori hanyalah serangkaian kata baku yang masih belum ada makna kalau
kita belum pernah mencoba untuk praktek didalamnya.
Disamping itu pula, menjadi pewawancara itu juga membutuhkan jam terbang
tinggi untuk bisa melakukannya secara Pro. Bukannya tidak bisa dipelajari,
tetapi lebih banyak lagi praktek maka skills kita akan bisa terasah dengan
sempurna.
Buktinya saat melakukan praktek langsung ke lapangan, masih ada saja
hambatan yang terdapat didalamnya. Selama melakukan proses wawancara dengan
subjek, terdapat beberapa kendala, yakni menyesuaikan jadwal subjek dengan
jadwal kami yang terkadang tidak sesuai. Selain itu, terkadang jawaban subjek
tidak sesuai dengan harapan kami. Akan tetapi, kami tidak dapat memaksakan
subjek menjawab sesuai dengan yang kami inginkan. Selain itu, kekurangan kami
dalam melakukan proses wawancara adalah kurang “mendengarkan” jawaban subjek.
Sehingga, saat membuat laporan, ternyata masih banyak pertanyaaan yang dapat
dikembangkan untuk mendapatkan informsi yang lebih menyeluruh mengenai
pertanyaan tersebut.
Figur 4. Wawancara di ruangan BK.
Kesan dan pesan ketika melakukan
wawancara:
1. Kelompok
mendapatkan pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahui
2. Mengetahui
lebih dalam tentang teknik wawancara oleh narasumber
3. Mampu
berkenalan dengan pewawancara serta mengetahui profesi pewawancara
4. Mendapatkan
pengalaman dari cerita pewawancara
5. Kelompok
dapat belajar bersama dalam melakukan wawancara
6. Dapat
mengartikan suatu pengetahuan dari sudut pandang berbeda
Hikmah yang didapatkan
setelah melakukan wawancara adalah dapat lebih mengetahui kondisi nyata dalam
melakukan wawancara dan bisa dapat lagi lebih mengetahui prosedur dan tata cara
melakukan wawancara dalam setting pendidikan.
Selain itu setelah turun langsung pada prakteknya adalah mendapatkan
pengetahuan baru mengenai kegiatan-kegiatan yang sebenarnya dilakukan oleh guru
BK bukan hanya yang dibaca dari buku, dan juga dapat melatih diri untuk menjadi
lebih kritis dalam bertanya.
Subjek memberikan cukup banyak informasi mengenai bimbingan dan
konseling yang dilakukan untuk anak-anak sekolah menengah pertama. Meskipun subjek
menghadapi banyak kendala, seperti waktu dan tenaga karena subjek hanya
menangani masalah anak-anak tersebut secara sendirian. Narasumber kurang
mengetahui nama teknik wawancara yang digunakan, hanya menggunakan pada
umumnya. Narasumber bersifat ramah dan terbuka pada kelompok.
Kesan dari wawancara, wawancara ternyata menyenangkan dan tidak
secanggung yang dipikirkan.
Terima kasih, Thank you, Bedankt!
Selamat berakhir pekan semuanya, Have
a nice Weekend everyone, Prettige Weekend allemaal. :)
Figur 5. Melakukan wawancara.